Uncategorized

All posts in the Uncategorized category

Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia

Published 17 Juni 2014 by yulianaputrisari

2.1 Sistem Pencernaan Makanan

Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna akan diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana.
Sistem pencernaan makanan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam manusia yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur.Sistem pencernaan berfungsi untuk mengolah bahan makanan menjadi sari makanan yang siap diserap tubuh

2.2 Saluran Pencernaan Makanan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus.
Saluran pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ berturut-turut antara lain seperti pada gambar dibawah ini:

Diagram
Sistem Pencernaan
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis
(bawah rahang)
4. Sublingualis
(bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
(kerongkongan)
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks/Umbai cacing
23. Rektum/Poros usus
24. Anus

Diagram
Sistem Pencernaan
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis
(bawah rahang)
4. Sublingualis
(bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
(kerongkongan)
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks/Umbai cacing
23. Rektum/Poros usus
24. Anus

 

saluran pencernaan terdiri dari:
1. Rongga Mulut

Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Di dalam rongga mulut, makanan mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Beberapa organ di dalam mulut, yaitu :

a) Gigi

Gigi, berfungsi sebagai alat pencernaan mekanik seperti untuk memotong, mengoyak, dan memecah makanan menjadi bagian yang lebih kecil sehingga mempermudah kerja enzim. Berdasarkan fungsi dan bentuknya gigi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu seri, taring, dan geraham.
Secara umum, gigi manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu mahkota gigi (korona), leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks). Bila kita amati gambar penampang gigi, maka akan tampak bagian-bagian seperti pada gambar berikut ini:

 

b) Lidah

Lidah, merupakan jaringan otot yang memiliki pangkal pada bagian belakang dasar mulut. Lidah tersusun oleh otot lurik yang diselubungi oleh selaput mukosa. Pada lidah terdapat papilla-papila (tonjolan-tonjolan) yang merupakan indera pengecap.
Lidah berfungsi untuk membantu mencampur makanan dengan ludah (saliva) saat dikunyah dan juga mendorong makanan dari rongga mulut untuk masuk ke kerongkongan (esofagus).
Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. Letak setiap rasa berbeda-beda, yaitu:

 Rasa asin —–> lidah bagian tepi depan
 Rasa manis —–> lidah bagian ujung
 Rasa asam —–> lidah bagian samping
 Rasa pahit —–> lidah bagian belakang / pangkal lidah

.

c) Kelenjar Ludah

Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Kelenjar ludah dalam rongga mulut ada tiga pasang, yaitu :
1. Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga.
2. Kelenjar submandibularis, terletak di rahang bawah.
3. Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Letak kelenjar ludah di dalam rongga mulut dapat dilihat pada gambar berikut:

2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Kerongkongan berfungsi sebagai jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Jadi, pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan.
Kerongkongan berupa tabung otot yang panjangnya sekitar 25 cm, memanjang dari akhir rongga mulut hingga lambung. Kerongkongan terdiri dari sepertiga otot lurik dan duapertiga otot polos. Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan kerongkongan ini disebut gerak peristaltik. Gerak ini terjadi karena otot yang memanjang dan melingkari dinding kerongkongan mengkerut secara bergantian. Jadi, gerak peristaltik merupakan gerakan kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut.

3. Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus).
Struktur lambung dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Di dalam lambung terjadi gerakan mengaduk. Gerakan mengaduk dimulai dari kardiak sampai di daerah pilorus. Gerak mengaduk terjadi terus menerus baik pada saat lambung berisi makanan maupun pada saat lambung kosong.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut:
Makanan umumnya bertahan tiga sampai empat jam di dalam lambung. Makanan berserat bahkan dapat bertahan lebih lama. Dari lambung, makanan sedikit demi sedikit keluar menuju usus dua belas jari melalui sfingter pilorus.

4. Usus Halus (Intestinum)

Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Pada usus halus, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan yang selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Usus halus pada manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus halus tengah (jejenum), dan usus halus bagian akhir (ileum).
Umumnya sari makanan diserap saat mencapai akhir usus halus. Jadi, di dalam usus halus selain terjadi pencernaan kimiawi dan mekanik juga terjadi penyerapan sari-sari makanan. Pencernaan makanan dari mulut sampai usus halua memerlukan waktu ± 4,5 jam. Sisa makanan yang tidak diserap, secara perlahan-lahan bergerak menuju usus besar.
5. Usus Besar (Intestinum)

Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan pada manusia. Memiliki panjang kurang lebih satu meter dan terdiri atas dua bagian, yaitu usus tebal (colon) dan poros usus (rektum). Sisa-sisa makanan yang sudah diserap sari-sarinya oleh usus halus akan terdorong masuk ke dalam usus besar.
Di dalam usus besar, air dan garam mineral yang masih terdapat dalam sisa-sisa makanan ini akan diserap kembali oleh dinding colon. Setelah itu, sisa-sisa makanan akan ditampung di dalam rektum untuk dibusukkan oleh bakteri pembusuk yang disebut dengan Escherichia coli. Zat-zat sisa makanan yang sudah menjadi feses (tinja) ini akan dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu mulai dari usus buntu (apendiks), bagian mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Perjalanan makanan sampai di usus besar dapat mencapai antara empat sampai lima jam. Namun, di usus besar makanan dapat disimpan sampai 24 jam. Di dalam usus besar, feses di dorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristalsis menuju ke rektum (poros usus). Gerakan peristalsis ini dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar).

6. Anus

Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
Jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding perut yang diikuti dengan mengendurnya otot sfingter anus dan kontraksi kolon serta rektum. Akibatnya feses dapat terdorong ke luar anus. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

 

 

2.3 Gangguan dan Kelainan Penyakit Pada Sistem Pencernaan Makanan

Sistem pencernaan dapat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan sistem pencernaan pada manusia sangat banyak, menyangkut berbagai organ yang terkait dengan sistem pencernaan.

Secara umum, di antara gangguan dan kelainan penyakit tersebut, terjadi antara lain sebagai berikut:

1) Karies pada Gigi (Dental Caries)

Karies merupakan penumpukan sisa makanan pada gigi sehingga menyebabkan pembusukan. Ketika sisa-sisa makanan tertinggal di sela-sela gigi, sisa-sisa makanan tersebut akan menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri mencerna sisa makanan tersebut dan menghasilkan asam. Asam inilah yang mengikis lapisan email gigi. Jika lubang ini telah mencapai bagian rongga pulpa, tempat jaringan saraf dan pembuluh darah, gigi akan terasa sakit.

2) Ulkus Peptikum (Tukak Lambung)

Mag adalah peradangan yang terjadi pada dinding lambung. Hal tersebut disebabkan asam (HCl) yang dihasilkan lambung terlalu banyak sehingga mengikis dinding lambung. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus dapat disebabkan oleh bakteri Makan yang teratur dapat mencegah terjadinya mag.

3) Diare

Diare merupakan keluarnya feses dalam bentuk encer yang disebabkan infeksi pada kolon. Diare dengan feses yang bercampur darah atau nanah disertai dengan perut mulas karena infeksi bakteri Shigella atau jenis Protozoa Entamoeba Histolytica yang disebut penyakit disentri.
Diare adalah suatu kondisi sering buang air besar dan feses terlalu lunak. Makanan terlalu cepat melalui usus halus dan kolon sehingga air tidak banyak diabsorpsi. Diare dapat merupakan gejala tipus, kanker, kolera, atau infeksi.

4) Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi terjadi karena feses bergerak secara lambat melalui kolon. Feses yang ada sangat banyak dan kering sehingga sulit buang air besar. Hal ini disebabkan, karena buang air yang tidak teratur.
Jika pada kasus diare air tidak terserap sempurna, kasus sembelit terjadi sebaliknya, air justru terlalu banyak terserap. Gerak peristaltik usus halus yang terlalu lambat juga dapat menjadi penyebabnya. Semakin lama feses berada di dalam usus besar, semakin banyak air yang terserapsehingga feses menjadi sangat keras dan sukar dikeluarkan. Mengonsumsi makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dapat mengurangi gangguan ini. Serat tidak tercerna oleh tubuh kita dan cenderung mampu menyimpan air dibandingkan jenis makanan yang lain.

5) Batu Empedu

Batu empedu adalah penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pada saluran empedu. Hal ini terjadi karena adanya endapan di saluran empedu.

Kawan Sejati

Published 16 Juni 2014 by yulianaputrisari

Kawan Sejati

 

Kawan dalam duka adalah kawan sejati. Kawan sejati bagaikan satu jiwa dalam dua badan. Cara terbaik untuk memperoleh seorang kawan ialah dengan bersikap sebagai seorang kawan terhadap sesama kita

Making Outcasts (Membuat Penampilan Orang Baru)

Published 15 Juni 2014 by yulianaputrisari

Making Outcasts

 

Most people think that plastic surgery is quite new, but it’s not. As far back as three thousand years ago, the ancient Egyptians practiced a simple form of plastic surgery, taking skin from one part of the body to repair wounds and burns on another part. Of course, these operations were done for medical purposes, not just for people who wanted to look different. Now, plastic surgery has become more common and operations to change the shape of one’s eyes or nose or even removing the lower ribs to make one’s waist smaller are quite common.

But sadly plastic surgeons have gone past these ideas. Healing or creating beauty is no longer enough. Many people want to be ugly or at the very least, less human. In particular people have had many other kinds of operations for the purpose of modifying their faces and bodies to make them more animal like. One man has had horns put into his skull. Many so-called ‘lizard people’ have had their tongues split and scales tattoed onto their skin. One woman has had multiple operations to make her look like a cat. She has had hair inserted to her face to make her look like she has cat whiskers. Some have added long artifact teeth to make them look more like dogs. Other people have gone beyond different kinds of tattoos to getting their entire bodies covered with what looks like fish scales or even fur.

Writer: Yuliana Putri Sari

Cp: 081939445337 & 082301621233

Hubungan antara Daya Pikir, Daya Rasa dan Daya Nafsu

Published 9 Juni 2014 by yulianaputrisari

Daya pikir merupakan titik olah dari pada daya rasa dan nafsu. Ketika daya rasa merasakan sesuatu maka akan diolah oleh daya pikir, “apa yang dirasakan” dan daya pikir mengartikan “apa yang dirasakan” oleh daya rasa sedangkan kaitannya dengan daya nafsu, daya pikir menjadi daya kontrol ketika daya nafsu hendak melakukan sesuatu maka akan diolah dan di kontrol oleh daya pikir “apakah nafsu baik ataupun nafsu tidak baik”, maka daya pikir mampu menjadi pengendali.

Is drinking coffee good for us?

Published 8 Juni 2014 by yulianaputrisari

Is drinking coffee good for us?

Many people know that cofee contains which may cause several body problems like heart diseas and sleeping disorder. The increase of cholesteror and blood pressure are also reported to be the result of consuming coffe. However, coffe is not that bad. It does have its positive sides that will contribute to human’s health.
Coffee is rich in antioxidants like chlorogenic acid and melanoidins. Antioxidants prevent oxidation, a process that causes damage to cells and contributes to aging. In addition to that, the caffeine in coffe is a well-known stimulant. Coffe promotes alertness, attention and wakefulness.
Reguler coffe drinking reduces the risk of several diseases such as Parkion’s disease, diabetes, Alzheimer disease and asthma. Several studies found that drinking coffe on a regular basis in significantly less likely to develop these diseases. The caffeine in coffee, for instance, is related to theophyline, an old ashtma medication. Caffeine can open airways and improve ashtma symptoms.
Consuming too much coffee may bebad for our healthy. Regular coffee drinking, not more than two cups a day, will be good for our body.

 

Writer: Yuliana Putri Sari

Manfaat Internet Bagi Pendidikan

Published 28 Mei 2014 by yulianaputrisari

Manfaat Internet Bagi Pendidikan

                                                                             Yuliana Putri Sari

                                                                             Prodi Matematika

Teknologi di dalam dunia pendidikan merupakan bagian dari konsep teknologi pendidikan berupa media untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar. Potensi penggunaan teknologi dalam pendidikan berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan produktivitas pendidikan. Internet adalah salah satu contoh teknologi yang sangat bermanfaat untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan.

Internet adalah gabungan dari jaringan-jaringan komputer dalam skala luas dan besar, masing-masing pengguna dari computer dapat saling berkomunikasi dengan orang lain hanya dengan menggunakan sebuah bahasa jaringan.

Pada saat ini internet telah menjadi teknologi yang sangat penting untuk berbagai aspek. Baik aspek pendidikan, aspek kebudayaan, aspek ekonomi, aspek sosial dan lain sebagainya. Ada pun untuk aspek pendidikan, internet sangat dirasakan manfaatnya baik untuk lembaga pendidikan, untuk tenaga pendidik dan untuk anak didik tersebut.

 

Berikut adalah manfaat internet bagi pendidikan yang di kelompokan menjadi 3 :

 

  1. Lembaga pendidikan
    • Untuk memperkenalkan kepada orang-orang tentang lembaga pendidika tersebut dengan membuatkan web lembaganya di dalam internet.
    • Untuk menghemat waktu dan biaya dalam perekrutan pegawai baru.
    • Mempermudah menarik minat para siswa dan mahasiswa baru.

 

  1. Tenaga pendidik
    • Untuk mencari bahan materi ajar yang akan diberikan kepada anak didik.
    • Untuk mencari akses sumber informasi.
    • Internet di jadikan alat untuk berdiskusi dengan anak didik agar pengetahuan anak didik itu semakin luas.
    • Untuk mempermudah anak didik dalam mengumpulkan tugas-tugas yang di berikan.

 

  1. Anak didik
    • Internet dapat digunakan untuk mempengaruhi peningkatan motivasi dan menguatkan pengajaran serta meningkatkan lingkungan psikologi pada anak didik.
    • Untuk merangsang dan memotivasi siswa atau mahasiswa dalam mengembangkan intelektualnya sehingga dapat mengembangkan penelitian dan pengembangan ilmu baik teoretis maupun terapan.
    • Sebagai media tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar yang dilakukan dengan menggunakan Internet.
    • Untuk menghemat waktu dalam mengerjakan tugas-tugas dan riset-riset yang di perintahkan.
    • Proses pengembangan ilmu dan teknologi lebih cepat karena hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama.

Perkembangan dan Masalah Pendidikan di Indonesia

Published 28 Mei 2014 by yulianaputrisari

Perkembangan dan Masalah

Pendidikan

di Indonesia

 

Yuliana Putri Sari

Prodi Matematika

 

Pendidikan moderen di indonesia dimulai sejak politik etis dijalankan oleh pemerintah belanda, walaupun tujuan yang pertama adalah untuk mencari pegawai rendahan yang murah, mereka yang hanya lulusan SR dijadikan pegawai rendahan, ini dilakukan pemerintah colonial belanda untukmenghemat biaya pemerintah colonial dalam membiayai pegawainya. Namun pada kenyataanya pendidkan jaman hindia belanda tidakalah sepereti jaman sekarang, mereka yang sekolah dipisah pisah antara warga pribumi ,warga asia timur, dan warga kulit putih. Warga pribumi disekolahkan di sekolah pribumi dan jenjang yang sangat rendah,mereka yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi adalah para bangsawan yang kelak membawa perubahan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Semntara itu pendidikan tradisional di Indonesia sudah dimulai sejak masuknya islam ke nusantara melalui pondok pesantren, dipondok pesantern para ulama dan walisongo menyebarkan agama islam melalui pendidikan yaitu pondok pesantren,dipondok pesantern mereka mempelajari berbagi kitab .

Pada awal abad 20 seorang ulama dari kauman Jogjakarta mempelopori pendidikan islam modern yang dinamakan muhammadiyah, tujuan didirikan muhammadiyah adalah untuk mengimbangi pendidikan colonial belanda yang memngkelas-kelaskan pendidikan. Pendidikan yang dilakukan oleh muhamadiyah memadukan antara pendidikan islam dan pendidikan modern barat, hal serupa juga dilakukan oleh pelopor pendidikan di Indonesia yaitu ki hajar dewantoro yang mendidrikan taman siswa yang lebih kosentrasi ke pkependidikan dari pada muhamadiyah yang lebih ke hal social keagamaan. Langkah muhamadiyah dan taman siswa didikuti oleh nu yang tetap pada pendidikan tradisional pondok pesantren, walaupun sekarang mengalami pergeseran melaksanakan pendidikan modern yang fomal sepeti muhamadiyah.

Pendidkan sekarang mengalami berbagai masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan dan masarakat salah satunya adalah mahalnya biaya pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini yang sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.

Apalagi sekarang muncul sekolah-sekolah berbasis internasional yang se-akan-akan itu dapat menaikan mutu pendidikan di Negara kita. Sekolah internasional hanya mengedepankan kelas berbahasa inggris dan teknologi canggih, disamping itu sekolah internasional juga mematok biaya masuk sekolah yang sangat tinggi yang menyebabakan mereka yang tidak mampu tidak bisa masuk disekolah tersebut,sekolah RSBI menjadikan sekolah di Indonesia menjadi seperti sekolah pada zaman colonial belanda yang berkelas-kelas dan terkotak-kotak, sehinnga dari hal tersebut munculah plesetan sekolah bertarif internasional. RSBI yang diterapkan oleh pemerintah juga dipertanyakan karena apakah setandar internasional yang diterapkan oleh pemerintah yang diterapkan untuk sekolah RSBI juga diterapakan dan diakui di dunia internasional dan khususnya UNESCO yaitu badan PBB yang menangani masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan? Pertanyaan tersebut pasti jawabanya tidak. Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh bahasa pengantar dan teknologi pendukung tapi masih banyak komponen-komponen yang perlu diperhatikan.

Salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah guru sejauh ini pemerintah sudah berusaha memajukan mutu guru dengan cara melaksankan program sertifikasi guru, guru yang sudah sertifikasi akan mendapakan tunjangan lebih. Namun masalah kesejahteraan guru masih menjadi masalah yang pelik, terutama bagi mareka yang berstatus guru bantu. Pemerintah harus memberiaksn solusi, semua guru tidak bisa mengharapkan status PNS karena cukup banayakanya, guru harus mampu menciptakan lapangan pekerjaanya sendiri diluar pekerjaqan mereka menjadi guru. Selain itu dari pihak pemerintah harus lebih memperhatikan nasib guru terutama bagi mereka yang berada di daerah terpencil.

Salah satu yang menjadi isu penting dalam dunia pendidikan adalah ujian nasional, pemerintah menganggap ujian nasional sebagai solusi untuk menaikan mutu pendidikan nasional ,penentuan kelulusan ujian nasional ditentukan oleh pemerintah melalui setandar kelulusan yang tiap tahun naik, padahal di dindonesia peta kualitas pendidikan dindonesia sangat mencolok terutama disekolahan pedesaan dan sekolah diluar pulau jawa, sekolah yang berada di Jakarta tentunya beda dengan sekolah yang ada di papua misalanya. Setiap tahun banyak siswa yang menjadi korban ujian nasional padahal belum tentu mereka tidak pintar, banyak hal yang menjdi factor penentu kelulusan, dari keprihatinan tersebutlah maka munculah komunitas air mata guru di medan yang secara resmi menggugat pemerintah tentang adanya ujian nasional ke mahkamah konstitusi, dan akhirnya gugatan mereka dikabulkan dan ujian nasional dibatalkan, namun pemerintah tetap melaksanakan ujian nasional dengan merubah kebijakan yaitu mengadakan ujian nasional susulan bagi mereka yang tidak lulus sebelumnya pemerintah tidak mengadakan ujian nasional.

Dunia pendidikan juga tidak biasa dilepaskan dari masalah moral dan karakter bangsa, suatu indicator keberhasilan pendidikan biasanya dilihat dari karakter bangsa dan moral , namun saat ini dunia pendidikan kita sedang mengalami krisis moral, berbagai kejadian didunia pendidikan yang berkaitan dengan masalah moral terus berdatangan, diantaranya adalah tawuran anatar pelajar yang sering terjadi, tawuran anatar pelajar terjadi karena persoalan sepele yang mengakibatkan mereka bermusuhan, selain itu tawuran disebabkan karena mereka ingin menunjukan jati diri mereka, para remaja yang masih mencari jati diri sering kali merasa lebih nyaman dengan teman-temannya dibanding dengan orang tuanya, hal ini menyebabkan mereka membentuk kelompok geng, bila kelompok geng mereka merasa diganggu maka mereka akan melakukan tawuran, tawuran juga dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok lain. Kekerasan dalam sekolah juga terjadi saat masa orientasi siswa yang lebih dikenal dengan perploncoan ,

Perkembangan pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan perkembangan, perkembangan ini bisa menjadi indicator kemajuan suatu negara atau kemunduran suatu Negara, dalam perkembangan pendidikan di Indonesia yang terus menghadapi masalah karena perubahan itu bisa menjadi rujukan perbaikan pendidikan di Indonesia, pendidikan bukan hanya tanggung jawab Negara tapi juga tanggung jawab seluruh lapisan dan elemenn masarakat terutama pendidikan karakter bangsa yanga sangata tergantung dengan kondisi social budaya masarakat tersebut., sehingga masalah pendidika perlu perhatian dan kerja sama baik pemerintah dan masarakat.

Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Published 28 Mei 2014 by yulianaputrisari

Rendahnya Kualitas Pendidikan

di

Indonesia

Setiap memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei, kita selalu diajak merenung dan berhenti pada satu pertanyaan sudah seberapa jauh kemajuan dunia pendidikan di negeri ini? Semua Warga Negara Indonesia,mulai dari pejabat hingga orangtua kalangan berpunya sampai si miskin selalu menjawab serupa bahwa pendidikan sangat dibutuhkan, terutama untuk mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan negara. Anehnya meskipun semua orang sudah berpikir sama tentang makna pendidikan dan pentingnya ilmu bagi kalangan generasi bangsa untuk membangun masa depan Indonesia, tapi tetap saja negeri ini bagai tak perduli terhadap peningkatan peranan pendidikan di dalam negeri. Toh negara masih belum mampu memberikan apresiasinya sebagaimana perintah GBHN untuk memberikan porsi 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk anggaran pendidikan.

Meski pemerintah melalui Mendiknas pada saat memperingati Hardiknas menyatakan untuk memajukan dunia pendidikan di tanah air telah berjuang dan bekerja keras untuk mengatasi berbagai persoalan, namun kenyataan hingga hari ini kualitas pendidikan kita masih sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-negara yang sedang berkembang, terutama di lingkup negara-negara ASEAN. Berdasarkan survey Political and Economic Risk (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Menyedihkan lagi ternyata posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Memprihatinkan lagi, hasil survey tahun 2007 World Competitiveness Year Book memaparkan daya saing pendidikan kita dari 55 negara yang disurvey Indonesia berada pada urutan 53.

Dampak rendahnya mutu pendidikan Indonesia itu secara tidak langsung ternyata ikut mempengaruhi berbagai sisi kehidupan di negeri ini. Misalnya terhadap sumber daya manusia Indonesia sangat jelas jauh tertinggal.Hal ini dapat dilihat dari hasil reset Ciputra yang menyatakan bahwa Indonesia hanya mempunyai 0,18 persen pengusaha dari jumlah penduduk. Padahal sesuai syarat untuk menjadi negara maju minimal 2 persen dari jumlah penduduk harus ada pengusaha. Sebagaimana Singapura yang kini memiliki 7 persen dan AS 5 persen dari jumlah penduduknya adalah pengusaha. Dampak lain akibat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dapat dilihat dari Human Development Indeks (HDI) Indonesia sebagaimana laporan UNDP, HDI pada 2007 dari 177 negara yang dipublikasikan HDI, Indonesia berada pada urutan ke-107 dengan indeks 0,728, hingga menempati urutan ke-7 dari sembilan negara ASEAN di bawah Vietnam dan di atas Kamboja dan Myanmar.

Di Indonesia, pemerintah berkilah akibat keterbatasan dana. Padahal Malaysia tak gentar menganggarkan 35 persen dari APBNnya untuk biaya pendidikan. Tingkat pendidikan di Indonesia cukup rendah di bandingkan negara-negara di sekitarnya. Banyak gedung-gedung sekolah rusak, penggunaan media belajar yang rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium tidak standar serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai merupakan sedikitnya faktor penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia.

Program pemerintah wajib belajar sembilan tahun tidaklah cukup dalam mengurangi angka rendahnya pendidikan di Indonesia. Karena masih banyak anak-anak yang putus sekolah.

 

Yuliana Putri Sari

PENDIDIKAN SEKARANG & MASA DEPAN

Published 28 Mei 2014 by yulianaputrisari

PENDIDIKAN

SEKARANG & MASA DEPAN

Yuliana Putri Sari

Prodi Matematika

 

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.

Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.

Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu: (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Dalam rangka merealisasikan `learning to know`, Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.

Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.

Pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.

learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.

Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.

Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.

Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu:

  1. Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);
  2. Bagaimana kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;
  3. Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran);
  4. Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?;
  5. Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?;
  6. Adakah sarana pendukung belajar lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi);
  7. Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?.

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media masa/cetak daerah, situs internet, dan sanggar belajar.

 

Tingkat Kejadian Stres Pada Remaja dengan Pola Asuh Orang Tua

Published 28 Mei 2014 by yulianaputrisari

Tingkat Kejadian Stres Pada Remaja

dengan

Pola Asuh Orang Tua

2.1.1.      Definisi Stres

Pada awal mulanya stres berasal dari istilah yang dipakai dalam ilmu metalurgi, dimana lempengan logam yang menahan beban timbangan dinamakan stres. Dikemudian hari kata stres ini diadopsi oleh dunia medis ketika seseorang yang mengalami gangguan syaraf, dikatakan dalam kondisi stres (Effendi, 2006). Sarafino (2008) mengartikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Senada dengan Sarafino, Santrock (2003) mendefinisikan stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya atau coping. Lain halnya dengan pendapat Hans Selye (Hawari, 2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Sedangkan Safaria dan Rahardi (2004) mendefinisikan stres adalah keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa dan respons, interpretasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan yang di luar kemampuan individu untuk mengatasinya.

Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti mendefinisikan stres adalah respon individu terhadap kejadian, peristiwa, dan stimulasi yang mengancam dan mengganggu seseorang akibat tuntutan beban yang dialami seseorang dan individu tidak bisa menanganinya karena diluar kemampuannya.

 

2.1.2.      Jenis Stres

Orang menggunakan kata stres untuk mengungkapkan pengalaman yang menyedihkan, mengecewakan, menyakitkan, dan ketakutan yang ada dalam dirinya. Tetapi pada kenyataannya ada 2 jenis stres yang terdapat pada diri manusia, yaitu eustres dan distres (Safaria dan Rahardi, 2004). Kedua jenis stres tersebut adalah :

  1. Eustres

Eustres adalah stres ini menimbulkan tegangan dalam hidup, tetapi dampak yang ditimbulkan menyenangkan dan diimpikan semua orang. Contoh stres ini adalah wawancara kerja, promosi kenaikan jabatan, seleksi pekerjaan. Stres ini dikatakan positif karena ketegangan yang dialami individu akan membuahkan hasil yang bermanfaat jika sudah tercapai.

  1. Distres

Distres muncul ketika seseorang membenci pekerjaannya, mengeluhkan berbagai tekanan hidup, dan seseorang merasa tidak berdaya dalam menjalani kehidupan (Covey, 2005). Contoh stres ini adalah di PHK dari pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, sakit keras, dirampok, dan sebagainya.

Kedua jenis stres ini jika tidak dikelola dengan baik dan terlalu berlebihan maka akan menimbulkan dampak yang negative, seperti sakit jantung, stroke, sakit maag, migrain, kelelahan, dan kejenuhan (Safaria dan Rahardi, 2004).

 

2.1.3.      Dampak yang Ditimbulkan Akibat Stres

Sarafino (2008) menjabarkan tentang 2 aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu :

  1. Aspek Biologis

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.

  1. Aspek Psikologis

Ada 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku.

  1. Gejala kognisi

Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal, merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala kognisi

  1. Gejala emosi

Mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala emosi

  1. Gejala tingkah laku

Tingkah laku negative yang muncul ketika seseorang mengalami stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka melanggar norma karena dia tidak bisa mengontrol perbuatannya dan bersikap tak acuh pada lingkungan, dan suka melakukan penundaan pekerjaan.

 

2.1.4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Gunawati, Hartati, dan Listiara (2006) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Ada 6 faktor yang mempengaruhi stres mahasiswa, yaitu :

  1. Faktor internal mahasiswa
  2. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanitamengalami stres 30% lebih tinggi daripada pria.

  1. Status sosial ekonomi

Seseorang yang mempunyai status sosial ekonomi menengah kebawah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Kesulitan ekonomi yang terjadi pada status sosial ekonomi menengah kebawah menyebabkan tekanan dalam hidup

  1. Karakteristik kepribadian mahasiswa

Karakteristik kepribadian mahasiswa yang berbeda-beda menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang mempunyai ketabahan lebih tinggi akan berdampak terhadap daya tahan mereka terhadap stres daripada mahasiswa yang mempunyai ketabahan lebih rendah

  1. Strategi koping mahasiswa

Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya. Ditambahkan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Utomo, 2008) ada 2 bentuk koping stres yang dapat dipakai oleh mahasiswa, yaitu emotional focused coping adalah usaha untuk mengatur respon emosional terhadap stres dengan merubah cara dalam merasakan permasalahan atau situasi dan problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru untuk memodifikasi permasalahan yang mendatangkan stres yang mendatangkan stres.

  1. Suku dan kebudayaan

Stuart dan Sundeen (1991) mencoba menjelaskan bahwa kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis seseorang. Karena setiap suku memiliki metode penyelesaian masalah yang berbeda.

  1. Intelegensi

Setiap orang mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Seorang mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang lebih tinggi cenderung lebih tahan terhadap sumber stres karena tingkat intelegensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang di lingkungan. Mahasiswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri.

  1. Faktor eksternal mahasiswa
  2. Tuntutan tugas akademik (skripsi)

Seorang mahasiswa yang menganggap skripsi merupakan beban bagi dirinya dan dia berpikir bahwa tugas tersebut tidak sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya, maka mahasiswa tersebut cenderung mengalami stres

  1. Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya

Hubungan mahahsiswa dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dari orang tua, teman, dan para dosen. Dukungan sosial mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam menyusun skripsi dan dukungan sosial juga dapat mengurangi stres individual yang terjadi pada mahasiswa.

 

2.1.5.      Klasifikasi dan Pengertian Tingkat Stres

Saat muncul keadaan eksternal yang tidak diharapkan, maka seseorang dapat menilai apakah kejadian tersebut membuat seseorang dapat atau tidak menimbulkan stres. Pertama seseorang mendeteksi suatu kejadian yang berpotensial menyebabkan stres. Peristiwa tersebut dibagi menjadi tiga keadaan, yaitu: positif, netral, dan negative. Jika seseorang menilai peristiwa tersebut negative maka dicari kemungkinan adanya harm, threat, atau challenge. Lalu, seseorang menilai kemampuannya untuk melakukan coping terhadap situasi yang dihadapi dan sumber daya yang dimiliki, serta individu menilai apakah dia cukup mampu menghadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut kemudian akan berdampak pada aspek fisik dan aspek psikologis seseorang.

Sarafino (2008) mengklasifikasikan 3 tingkatan stres, yaitu:

1.     Stres tingkat rendah, terjadi ketika seseorang dengan kemampuan lebih dari cukup untuk menghadapi situasi yang sulit, maka seseorang akan merasakan sedikit stres dan merasa tidak memiliki tantangan

2.     Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha keras, maka seseorang akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan menengah atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa beradaptasi terhadap stresor yang dihadapi (Sarafino, 2008)

3.     Stres tingkat tinggi, terjadi ketika seseorang merasakan bahwa kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat berurusan dengan stresor dari dalam diri dan lingkungannya, maka akibatnya seseorang akan mengalami perasaan stres yang besar.

 

2.2.            Prokrastinasi Akademik

2.2.1.      Definisi Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi pada awalnya berasal dari bahasa Latin, yaitu procrastination, dengan awalan “pro” yang berarti “mendorong maju” dan “crastinus” yang berarti “keputusan hari esok.” Jika “pro” dan “crastinus” digabungkan artinya adalah menunda sampai keesokan harinya. Orang yang suka melakukan prokrastinasi disebut procrastinator (Ferrari, 1995)

Menurut Ferrari et.al (1995) pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang antara lain, yaitu:

  1. Prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan
  2. Prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasaanya disertai dengan keyakinan yang irrasional
  3. Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait.

            Fiore (2006, dalam Catrunada, 2008) menjelaskan secara etimologis prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau melengkapi suatu pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan. Lain halnya menurut Lay prokrastinasi mengacu pada kecenderungan irasional untuk menunda tugas yang harus diselesaikan (1986, dalam Jackson, dkk, 2003).

Ferrari menjelaskan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah (Ferrari et al., 1995)

Pengertian prokrastinasi akademik menurut Tuckman (2002) adalah

Academic procrastination is regarded as a dispositional trait that could particularly have some consequences on students whose lives are characterized by frequent deadlines.

Penulis mencoba mengartikan ke dalam bahasa Indonesia pengertian dari Tuckman yaitu:

“Prokrastinasi akademik dipandang sebagai suatu watak yang terutama bisa memiliki konsekuensi pada siswa yang hidupnya terbiasa atau terkarakter dengan banyak tenggat waktu.”

Menurut Ferrari, dkk. (1995), prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Penundaan dalam akademik lebih banyak pada tugas yang bersifat formal, seperti mengerjakan makalah atau skripsi.

Dari pengertian-pengertian diatas maka peneliti dapat mengartikan prokrastinasi akademik adalah penundaan kegiatan akademik dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga pekerjaan penting tidak selesai tepat pada waktunya, membuang waktu secara sia-sia, dan digunakan untuk mengatasi kecemasan sesaat.

 

2.2.2.      Ciri-Ciri Orang yang Melakukan Prokrastinasi

              Bernard (1991) menjelaskan ciri-ciri individu yang mempunyai kecendrungan untuk berprokrastinasi. Bernard menyebut ciri-ciri ini dengan kepribadian prokrastinator atau procrastinator personality, tetapi kecendrungan-kecendrungan ini bukan merupakan gambaran kepribadian yang secara utuh, yaitu :

  1. Neurotism / high anxiety

Sisi negative individu untuk melakukan tindakan yang mengancam individu dalam menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, seperti konflik, rasa frustasi, ancaman fisik maupun psikis, dan tekanan dari luar yang berada di luar kemampuan individu.

  1. Depression / low self-esteem

Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah menilai dirinya sendiri tidak mampu untuk mendapatkan sesuatu hal yang baik dalam hidupnya dan mudah menyerah dalam menghadapi masalah

  1. Rebellious

Pola asuh yang otoratif mempengaruhi kecendrungan berperilaku seseorang. Hal ini banyak ditemukan pada remaja. Remaja yang menjadi pemberontak cenderung mengabaikan tugas meskipun mereka mengetahui konsekuensinya jika tidak mengerjakan tugas itu.

  1. Pessimistic / internal

Seseorang yang pesimis mempunyai kecendrungan untuk menunda tugas. Seseorang yang pesimis belum tentu mengarah ke depresi, namun mereka mempunyai kecendrungan untuk menunda tugas penting. Jika mereka mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, mereka akan berpikir bahwa hal tersebut terjadi karena faktor dari luar diri mereka

  1. Irrational beliefs

Kepercayaan yang irasional, bersifat negative, seperti tidak pantas untuk berhasil, kepercayaan diri yang rendah, kecemasan yang tinggi membuat seseorang mempercayai jika dia berhasil maka dia akan dijauhi oleh teman-temannya.

  1. Lack of achievement motivation

Motivasi berprestasi terdiri dari 3 dimensi, yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah akademis, dan prestasi dipandang sebagai pemenuhan ego, prestasi dapat membuat seseorang cepat mendapatkan pekerjaan. Kurangnya motivasi berprestasi dapat membuat seseorang mengalami kegagalan untuk menyelesaikan tugasnya.

  1. Poor self-control / impulsiveness

Individu dapat menjadi frustasi karena kurangnya kontrol diri untuk mengendalikan insting dan dorongan alamiahnya

  1. Disorganization

Kesulitan untuk menjadi seseorang yang teratur. Ketidakteraturan dan kecemasaan yang timbul bersamaan adalah ciri seseorang untuk menjadi procrastinator.

 

2.2.3.      Faktor-faktor Prokastinasi Akademik

Steel (2007) menyebutkan ada 8 faktor yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah :

  1. Keengganan untuk segera mengerjakan tugas

Mahasiswa tidak segera mengerjakan tugas karena melakukan penghindaran diri. Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengerjakan tugas tersebut tetapi dia tidak segera mengerjakannya karena mahasiswa menyadari adanya ancaman dari tugas tersebut. Hal ini dikarenakan pemberian insentif dan reward yang tidak sebanding. Seperti mengeluarkan biaya yang besar dan banyak menyita waktu untuk mengerjakan tugas tersebut.

  1. Khawatir akan mendapat kegagalan

Mahasiswa melakukan prokrastinasi karena mereka kurang mempunyai kepercayaan diri. Mereka ragu akan tugas yang dikerjakan tidak maksimal dan tidak sesuai dengan hasil yang mereka inginkan. Hal ini diperkuat oleh Ferrari (dalam Neville, 2007) bahwa mahasiswa sangat peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, mereka lebih suka orang lain berpikir bahwa mereka tidak memiliki usaha daripada kemampuan.

  1. Depresi atau suasana hati yang kurang baik

Faktor ini berhubungan dengan “mood” atau di beberapa kasus depresi merupakan kondisi yang serius. Mahasiswa menunggu mereka mempunyai mood yang baik untuk mengerjakan tugas. Jika mood mereka sedang tidak baik, maka penundaan pekerjaan akan mereka lakukan

  1. Memberontak

Mahasiswa menjadi prokrastinator karena mereka merasa tugas yang diberikan tidak adil, terlalu banyak untuk dikerjakan dalam satu waktu, dan mahasiswa merasa tugas tersebut tidak penting untuk dikerjakan sehingga mereka malas untuk mengerjakannya.

  1. Impulsiveness and distraction

Blatt dan Quinn mengatakan orang-orang yang impulsive lebih menyukai prokrastinasi. Mereka cenderung lebih sibuk pada keadaan yang sedang terjadi daripada keadaan masa depan. Perhatian mereka mudah sekali beralih pada kejadian yang terjadi di sekitar mereka daripada tugas yang sedang mereka kerjakan.

  1. Waktu pengerjaan tugas

Waktu merupakan salah satu pengaruh yang bisa menimbulkan dampak munculnya prokastinasi. Misalnya pada saat seorang mahasiswa melakukan perjalanan liburan, sementara ada tugas yg harus dikerjakan mereka cenderung menundanya. Hal itu karena adanya kebiasaan dimana saat liburan mereka tidak harus mengerjakan tugas apapun, sementara ketika mereka masuk kuliah dan mendapat tugas, mereka menjadi cenderung santai dan menyepelekan adanya deadline tugas tersebut.

  1. Faktor-faktor lingkungan

Dalam penelitian yang dilakukan Onwuegbuzie and Jiao dikatakan bahwa lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan prokrastinasi. Contohnya lingkungan yang kotor dan lingkungan yang berisik dapat mempengaruhi keinginan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Jika mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka timbul kecendrungan untuk menunda kegiatannya.

  1. Suka bekerja dibawah tekanan

Steel (2007) menemukan beberapa mahasiswa sangat senang bekerja dibawah tekanan. Mahasiswa merasa lebih bisa mengeluarkan ide dan dapat bekerja dengan lebih baik jika sudah berada dekat pada waktu deadline. Tetapi walaupun mereka suka bekerja dibawah tekanan, hasil yang mereka peroleh tidak optimal.

 

2.2.4.      Indikator Prokrastinasi Akademik

Ferrari, dkk. (1995) menjelaskan bahwa perilaku prokrastinasi akademis dapat dimanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat dikur dan diamati dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Prokastinator mengetahui bahwa tugas yang harus dikerjakan sangat penting tetapi ia menunda pekerjaan tersebut sampai batas akhir waktu yang diberikan karena ia merasa tugas yang diberikan sudah dikerjakan pada sebelumnya, sehingga prokastinator menunda pekerjaan atau tugas tersebut dan tidak menyelesaikannya sampai tuntas
  2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Prokastinator membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengerjaan tugas yang diberikan. Mereka tidak memperhitungkan waktu yang diberikan, sehingga mereka banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting untuk dilakukan.
  3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seseorang biasanya membuat perencanaan waktu dalam menyelesaikan pengerjaan tugas atau pekerjaan. Akan tetapi jika tiba pada saat yang ditentukan, mereka tidak mengikuti perencanaan yang sudah dibuat. Sehingga mereka menjadi seorang prokastinator dan sulit menyelesaikan pekerjaannya pada saat waktu yang ditentukan. Seorang prokastinator juga sering mengalami kesulitan menyelesaikan tugas pada batas tenggat waktu yang diberikan.

 

2.2.5.      Bentuk-bentuk Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferrari, et al (1995) membagi bentuk-bentuk prokrastinasi menjadi 2 bagian, yaitu :

  1. Functional procrastination atau prokrastinasi fungsional

Prokrastinasi fungsional berarti seseorang melakukan penundaan menyelesaikan tugas karena mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat. Contohnya adalah mahasiswa melakukan perpanjangan waktu skripsi karena ingin mendapatkan nilai terbaik.

  1. Dysfunctional procrastination atau prokrastinasi disfungsional

Prokrastinasi disfungsional berarti seseorang melakukan penundaan menyelesaikan tugas yang merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang berarti. Contohnya adalah mahasiswa melakukan penundaan penyelesaian tugas karena mereka berpikir menonton televisi lebih penting daripada menyelesaikan tugas.

 

2.3.            Teori Subjek Penelitian

2.3.1.      Pengertian Mahasiswa

            Menurut UU Pendidikan Nasional no: 23/2003, pengertian mahasiswa adalah siswa atau peserta didik pada perguruan tinggi atau pada pendidikan tinggi. Daldiyono (2009) menjelaskan ada 3 karakteristik mahasiswa, yaitu :

  1. Lulusan dari Sekolah Menengah Atas
  2. Telah menjalani pendidikan selama 12 tahun
  3. Umur mahasiswa berkisar 16 tahun – 24 tahun

 

2.3.2.      Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

            Mahasiswa Universitas Bina Nusantara program sarjana adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan program studi Strata-1 untuk meraih gelar sarjana. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara harus menjalani studi selama 3,5 tahun sampai 5 tahun untuk meraih gelar sarjana. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang menjalani skripsi berkisar antara umur 21 tahun sampai 25 tahun.

2.3.3.      Masa Dewasa Awal

Hurlock (2004) mendefinisikan masa dewasa awal adalah masa dimana individu yang telah menyelesaikanpertumbuhannya dan siap menerima kedudukan yang ada dalam masyarakat bersamaan dengan individu dewasa lainnya. Masa dewasa awal (early aduthood) biasanya dimulai pada akhir usia belasa atau permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an (Santrock, 2003). Masa ini merupakan waktu untuk membentuk kemandirian pribadi dan ekonomi. Ada sebuah penelitian yang mengatakan lebih dari 70% mahasiswa mengatakan bahwa menjadi dewasa berani menerima tanggung jawab atas akibat dari tindakan sendiri, menentukan nilai dan keyakinan sendiri, dan membentuk hubungan dengan orangtua sebagai sesama orng dewasa (Arnet, 1995, dalam Santrock, 2003). Jahja (2011) menambahkan bahwa masa dewasa awal dikatakan sebagai masa yang sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat menjadi mandiri.

Ada beberapa ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (2004), yaitu :

  1. Masa usia reproduktif

Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu baru (anak).

  1. Masa bermasalah

Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bisa mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.

  1. Masa keterasingan Sosial

Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.

  1. Masa komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.

  1. Masa perubahan nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial ketika ia sudah menikah.

  1. Masa penyesuaian diri dengan hidup baru

Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja).

Untuk lulus dari perguruan tinggi, mahasiswa Universitas Bina Nusantara diwajibkan untuk membuat suatu penelitian atau yang biasa disebut dengan skripsi. Semua mahasiswa ingin lulus tepat waktu, tetapi hampir semua dari mereka mengalami kesulitan pada saat pengerjaan skripsi. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara kepada tiga wisudawan dan tujuh mahasiswa dari Universitas Bina Nusantara tentang hal-hal yang mempengaruhi pengerjaan skripsi mereka. Banyak dari mereka yang mengalami kesulitan untuk menuangkan ide kedalam tulisan, menentukan judul skripsi, menyusun skripsi dan memperbaikinya sesuai dengan standart yang ditetapkan. Di samping itu, mereka cemas untuk menghadapi sidang sehingga timbul perasaan perasaan tertekan, khawatir, dan ketakutan. Faktor-faktor inilah yang kemudian memicu stres pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi.

Sarafino (2008) membagi 2 aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Kedua aspek tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat dilepaskan. Aspek biologis adalah aspek yang mempengaruhi kondisi tubuh kita sehingga kondisi tubuh menjadi menurun pada saat kita sedang mendapat stres. Aspek psikologis dibagi menjadi 3, yaitu gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Aspek psikologis adalah gejala kognisi, emosi, dan tingkah laku yang mempengaruhi kondisi psikis kita dan ketika dalam keadaan stres, salah satu dari gejala yang ada dapat menurun dan mempengaruhi gejala yang lainnya. Kondisi ini mengakibatkan seseorang menjadi sakit secara fisik maupun mental.

Keadaan-keadaan yang timbul diatas dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam pengerjaan skripsi karena saat stres tubuh individu akan mengaktifkan respon melawan dan menghindar yang akibatnya individu akan mengeluarkan banyak energi yang dapat menyebabkan keletihan baik secara mental maupun fisik dan biasanya keadaan ini akan ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sulit berkonsentrasi, rentang perhatian yang berkurang, kemampuan individu untuk mengingat informasi menjadi sangat terbatas dan pengambilan keputusan yang terpengaruh (Somerville, 2003). Sehingga jika mereka terus-menerus mengeluarkan banyak energi, stres yang mereka rasakan pun bertambah. Pada dasarnya sifat stres adalah tidak menyenangkan sehingga stres dihindari oleh semua orang. Jika seseorang terus memaksakan target yang terlalu tinggi tanpa istirahat maka tingkat stres seseorang akan semakin tinggi.

Nooreza (2011) mengatakan bahwa stres yang terus-menerus dipaksakan akan bertambah buruk dalam pengerjaan skripsi dan berdampak menjadi penundaan atau yang disebut prokrastinasi. Dalam menghadapi stres, mahasiswa cenderung melakukan tindakan lain untuk menghilangkan tekanan stres yang muncul. Pada awalnya, mereka berusaha untuk melakukan tindakan relaksasi seperti istirahat sejenak, namun tindakan ini berlanjut sehingga mereka lupa akan tujuan awal mereka. Penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut dilakukan pada tugas yang dianggap penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman secara subyektif yang dirasakan oleh individu yang melakukannya (Solomon dan Rothblum, dalam Ghufron, 2003). Sehingga tindakan yang mereka lakukan ini dinamakan prokrastinasi.

Ferrari et al. (1995)mendefinisikan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah. Steel (2007) menjelaskan bahwa prokrastinasi terjadi jika rendahnya kesadaran dan ketertarikan mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya. Akibat dari rendahnya kesadaran tersebut maka muncul niat untuk menunda pengerjaan skripsi. Selain itu, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Ditambah pula dengan kesenjangan waktu yang direncanakan dengan kinerja aktual yang dilakukan membuat seseorang menjadi stres, sehingga mahasiswa mencari aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi. Akibat dari tindakan tersebut, maka mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.

Untuk mendukung penelitian prokrastinasi yang dilakukan, penulis melakukan pengamatan pada mahasiswa yang mengambil skripsi pada semester lalu dan pada hasil yang didapat, masih banyak mahasiswa Universitas Bina Nusantara menyerahkan skripsinya dengan terburu-buru mendekati waktu deadline dan jumlah mahasiswa yang memperpanjang waktu pengerjaan skripsi di semester selanjutnya semakin meningkat. Disamping itu, penulis mewawancarai tiga wisudawan dan tujuhmahasiswa Universitas Bina Nusantara dimana menurut mereka, mereka cenderung memiliki kecemasan dalam diri yang menyebabkan mereka mengulur-ulur waktu untuk mengerjakan skripsi. Mereka juga lebih mementingkan kegiatan lain yang mereka anggap menyenangkan seperti jalan-jalan daripada mengerjakan skripsi. Kegiatan tersebut awalnya hanya untuk menghilangkan kejenuhan mereka dalam membuat skripsi tetapi setelah melakukan kegiatan menyenangkan tersebut, mereka menjadi cenderung tidak fokus untuk mengerjakan skripsi. Hal ini membuat proses pengerjaan skripsi menjadi tertunda lantaran mereka berpikir bahwa pengerjaan skripsi bisa dilakukan di lain waktu.

 

Yuliana Putri Sari